"Ayah, anak anak ayah mau ke rumah", kata ibu negara sore tadi. Biasa ibu negara menyampaikan bahasa kalian* ( maaf jika saya menggunakan bahasa ini ). Saya tahu siapa yang dimakhsud istri saya, sekelompok orang yang saya sering menyebutnya dengan benclunger.
"Iya, mboyak gene", balas saya atas info dari istri saya tersebut.
Dan memang, sebelum isya kalian datang dengan style cabe cabean. Bertiga naik sepeda motor dengan hanya berhelm seorang. Sesaat setelah menjawab salam, ternyata waktu isya datang memanggil hingga saya pun meninggalkan kalian untuk menunaikan sholat isya di masjid. Entah apa yang kalian obrolkan selama saya tinggal ke masjid. Setahu saya hanya ada kopi, ketan hitam, dan sedikit cemilan yang siang tadi dibawa oleh istri. Dari wajah wajah lelah saya tahu, kalian pejuang kehidupan. Masih menyempatkan diri untuk datang, entah untuk apa karena hanya sesaat dan itu yang terpikir sampai saat tulisan ini saya buat.
Datang seorang lagi dari kalian, dengan wajah penuh gurat letih kurang istirahat aku melihatnya. Datang membawa kabar gembira, keluar dari kamar mandi dengan sorak gembira dan berkata positif. Dan sebelum saya tulis ini, saya sempatkan untuk mengirim WA yang bertulis istirahat padanya. Entah apa doaku saat isya, saya hanya mengingat tentang permintaan agar saya bisa berbagi manfaat atas orang orang yang saya kenal. Mungkin saat ini, apalah saya. Dalam sandiwara cengengesan siapa tahu maknanya, kecuali saya.
Tiba tiba kalian hilang, hanya sesaat tanpa saya tahu untuk apa kalian datang, apakah hanya untuk menumpahkan tutut yang kemudian dicicipi dan ditinggal.
Hei kalian, saya seperti kedatangan jailangkung. Tapi itulah kalian, pilihan ada pada diri kalian. Mungkin saja kalian sempatkan waktu membaca tulisan ini, bisa jadi kalian tidak tahu mengapa saya menulis ini. Tak perlu tahu, da benclung mah kitu .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar