Jumat, 13 April 2018

Maafkan

Malam ini menjadi pelajaran berharga, sebagai catatan jika ini adalah nyata dan aku alami. Adalah saat kita merasa terpuruk, iya merasa terpuruk. Bukan untuk menghiba dengan bersembunyi dibalik semua kesenangan yang tampak. Bukan untuk meminta bahkan mengemis, dan pipi pun basah. Bahkan dikala menjalani usaha online yang bahkan setiap waktu adalah berharga, setiap pertanyaan calon pelanggan adalah harta yang ditunggu. Bukan, aku bukan mengemis karena ini ikhtiarku. 



Dibalik lima waktu, di awal waktu pagi aku selalu minta agar ENGKAU ridhoi ikhtiarku.
Aku tak peduli dan jika aku pun menangis terharu saat calon konsumenku menyanggupi waktu 2 minggu yang aku minta agar pesanannya siap dan akan aku kirim.
Aku sedang terpuruk, dan aku nikmati semua kebodohan ini. Apalagi disaat aku melihat 2 kondisi di 2 hape berbeda. Satu engkau ada satu engkau tiada. Aku tersenyum, berat menambah tapi aku menikmatinya. Lalu aku akan menyerah ?. Tidak jawabku. TIDAK !

Kamis, 12 April 2018

Sepi

Jika mencintaimu adalah kesalahan, biarkan aku tetap lakukan kesalahan itu. Adalah kalimat yang setiap saat terngiang di kala waktu sepi. Kalimat itu sakti sekali, hingga seorang dengan logika berfikirnya pun akhirnya menyerah dan pasrah untuk terperangkap pada makna kalimat tersebut. Memang menulis masalah hati adalah hal mudah jika kita mau untuk ungkapkan. Karena hidup adalah rasa, senang sedih gembira apalagi rasa cinta. Itu adalah rasa yang setiap saat bisa datang dan terkadang harus berkorban untuk merelakannya pergi.
Pasti penasaran, mengapa saya menulis seperti ini. Karena sepi ini mengingatkan saya akan hal itu, sekedar mengingatkan bukan untuk memulai.
Sudah ah, dan sepi pun memelukku sambil tersenyum.



Selasa, 10 April 2018

Tanpa Judul

Ingin ke pantai kemudian menulis di pasirnya. Menulis kisah sepanjang pesisirnya, tanpa titik tanpa koma. Ditulis kemudian tersapu ombak, ditulis dan tersapu ombak kembali. Berhentikah dia menulisnya, ternyata tidak. Karena tulisannya adalah kisah, kisah yang hanya dimengerti oleh ombak.


Dan jika tidak ada lagi tulisan di bawah tulisan ini, karena tulisannya sudah tersapu ombak laut itu...


Senin, 09 April 2018

Wasiat Malam

Dedalane.
Guno lawan sekti.
Kudu andap asor.
Wani ngalah.
Duwur wekasane.


Penggalan tembang macapat yang pernah aku nyanyikan semasa SD dengan fasihnya. Dimana aku harus maju ke depan kelas, menghadap ke arah teman teman sekelas yang menatapku. Hingga dengan suara lantang yang terkadang tanpa laras tembang, aku tembangkan macapat tersebut.
Berkisah tentang sikap andap asor tanpa ingin menonjolkan siapa pribadi kita. Walaupun kita memiliki kuasa dan kekuasaan, tetaplah berani untuk mengalah dalam mencapai kedamaian jiwa. Terkadang, mudah untuk menyampaikan pesan dalam sebuah tulisan yang kemudian dibaca oleh siapa saja. Bagaimana pesan dalam tulisan tersebut berlaku atau tidak, kembali kepada pribadi masing masing.





Minggu, 08 April 2018

RaNormal

RaNormal, sebuah kata yang tercipta dari obrolan sekelompok orang yang sedang terjebak dalam kemacetan lalu lintas ketika hendak ke sebuah undangan pernikahan anak seorang teman. Perjalanan menggunakan sebuah mobil hitam, yang baru dikeluarkan dari dealernya beberapa bulan yang lalu. Padahal, saya bisa saja mengatakan itu mobil baru,  dan yang pasti itu bukan mobil saya.


Mengapa RaNormal, karena saya belajar untuk melakukan sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Pendekatan secara personal untuk mengenal seseorang lebih dalam lagi, dari karakter juga kemampuan. Dulu, jika saya tidak senang dengan seseorang maka saya akan memutuskan semua hal berkaitan dengan orang tersebut. Lu gue end, bahasa anak jaman now jika menggungkapkannya.
Tapi itu dulu, semua harus ada batas waktunya sampai hingga semua harus diubah. Bukan hal mudah, tapi bisa dilakukan jika memang mau. Karena kata kuncinya adalah mau atau tidak mau, dengan segala resiko yang pasti ada. Terutama mengenai suka dan tidak suka dari orang lain. Tetapi apapun keputusannya, bila benar berbuah kebaikan bila salah maka akan belajar lagi untuk lebih bijaksana dalam bertindak.
Hidup RaNormal.





Episode Terakhir

Mumpung ada inspirasi mampir, sebelum tidur.
Mengapa juga saya teringat dengan sebuah puisi, ada baitnya yang berbunyi
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana..."
Sambil mengingat ciptaan siapa puisi tersebut, saya bertanya dalam hati.
"Bagaimana mungkin?".
Tiba tiba jeritan anak kecil tetanggaku membuyarkan anganku.


Lalu.
Bagaimana jika aku dengan sederhananya meminta agar kau berteduh saat hujan.
Bagaimana jika aku dengan sederhananya meminta agar kau selalu tersenyum kepada semua.
Bagaimana jika aku dengan sederhana meminta agar kau terus belajar bersikap baik.
Apa aku telah mencintaimu dengan sederhana.
Tentu bukan itu.
Jika dan hanya jika itu aku lakukan. Tak lain karena aku tidak mau cinta yang sederhana menjadi rumit.
Sebentar.
Sesaat aku koreksi tulisanku, aku tidak mau jika tanpa sengaja aku menuliskan namamu.
Tidak ada ternyata.
Malam ini, 07042018 2245.

Pemahat

Jika aku pemahat.
Aku pilih batu terkeras.
Yang memercikkan api saat dipalu.


Lalu bagaimana aku membentuknya.
Mudah saja.
Tetesi air.
Sedikit.
Dan lagi.
Sedikit.

Terbentuk ?.
Tidak juga.

Paling tidak ia tidak akan tersakiti.
Saat tanpa disadari air meluruhkan sebagian darinya.



Biarkan saja air yang menentukannya.

Batu pun kemudian menampakkan wujudnya, lebih baik.



Rabu, 04 April 2018

Doa Isya

"Ayah, anak anak ayah mau ke rumah", kata ibu negara sore tadi. Biasa ibu negara menyampaikan bahasa kalian* ( maaf jika saya menggunakan bahasa ini ). Saya tahu siapa yang dimakhsud istri saya, sekelompok orang yang saya sering menyebutnya dengan benclunger.
"Iya, mboyak gene", balas saya atas info dari istri saya tersebut.


Dan memang, sebelum isya kalian datang dengan style cabe cabean. Bertiga naik sepeda motor dengan hanya berhelm seorang. Sesaat setelah menjawab salam, ternyata waktu isya datang memanggil hingga saya pun meninggalkan kalian untuk menunaikan sholat isya di masjid. Entah apa yang kalian obrolkan selama saya tinggal ke masjid. Setahu saya hanya ada kopi, ketan hitam, dan sedikit cemilan yang siang tadi dibawa oleh istri. Dari wajah wajah lelah saya tahu, kalian pejuang kehidupan. Masih menyempatkan diri untuk datang, entah untuk apa karena hanya sesaat dan itu yang terpikir sampai saat tulisan ini saya buat.
Datang seorang lagi dari kalian, dengan wajah penuh gurat letih kurang istirahat aku melihatnya. Datang membawa kabar gembira, keluar dari kamar mandi dengan sorak gembira dan berkata positif.  Dan sebelum saya tulis ini, saya sempatkan untuk mengirim WA yang bertulis istirahat padanya. Entah apa doaku saat isya, saya hanya mengingat tentang permintaan agar saya bisa berbagi manfaat atas orang orang yang saya kenal. Mungkin saat ini, apalah saya. Dalam sandiwara cengengesan siapa tahu maknanya, kecuali saya.
Tiba tiba kalian hilang, hanya sesaat tanpa saya tahu untuk apa kalian datang, apakah hanya untuk menumpahkan tutut yang kemudian  dicicipi dan ditinggal.
Hei kalian, saya seperti kedatangan jailangkung. Tapi itulah kalian, pilihan ada pada diri kalian. Mungkin saja kalian sempatkan waktu membaca tulisan ini, bisa jadi kalian tidak tahu mengapa saya menulis ini. Tak perlu tahu, da benclung mah kitu .

Senin, 02 April 2018

Anak Polah Bopo Kepradah

Netizen lagi digemparkan oleh sebuah puisi, puisi yang dibawakan oleh seorang anak manusia yang bernama Sukmawati Soekarno Putri.  Semasa kecil oleh bapak saya, dia pernah bercerita tentang apapun tingkah polah saya kelak. Baik buruk, tetap nama orang tua yang akan dibawa.Sebagaimana anak tetap membawa nama orang tua, apalagi jika nama orang tua tertera dalam nama anak tersebut.



Anake sopo tho kae, kok iso mbanggakne wong tuwo.
Itu bisa saja menjadi pertanyaan orang ketika ada seorang anak bisa menjadi kebanggaan orang tuanya. Membawa nama orang tuanya adalah kebanggaan, karena orang tua yang menghadirkan kita ke dunia ini.

Anake sopo tho kae, kok kranjingan kelakuanne.
Itu adalah lontaran kekesalan orang pada seorang anak ketika tingkah polah anak tersebut membuat orang lain terganggu. Tetap orang tua yang dibawa, anak siapakah dia.

Jadi, pilih yang mana.

Surat Terakhir Cinta

Tulisan ini mungkin suatu ketika akan ditemukan oleh orang yang tepat, entah siapa. Seseorang yang merasakan seperti apa yang sedang saya rasakan. Ketika seorang anak manusia merasakan cinta hadir kembali dalam hidupnya. Cinta sebagai rasa yang indah dan selalu terkenang dalam waktu waktu bersama. Terkadang dalam penyesalan yang datang, mengapa harus sekarang dia hadir. Kemanakah dulu saat aku mencari cinta dalam hidupku. Hari hari terlewati hingga rasa itu terus mengganggu walaupun ingin dilupakan saja. Karena tidaklah mungkin cinta menjadi pemisah pada akhirnya. Sedang ia adalah menjadi pengikat untuk saling menyayangi walau tidak harus saling memiliki.


Menjadi Cinta tidaklah mudah, karena dia akan menjadi rasa rindu ketika seseorang saling mengenal. Ketika Cinta hadir, dia akan selalu ada dalam kehidupannya. Saat ramai adalah sepinya, saat sepi adalah penderitaannya. Bukanlah Cinta ada untuk dikenang, agar selalu menjadi saling menghargai bukan untuk kemudian pergi.




Minggu, 01 April 2018

Lucinta Luna Kucinta Siapa

Lucinta Luna menjadi trending topik akhir akhir ini apalagi di media sosial. Lalu apa mengapa siapa Lucinta Luna itu. Bukan hal penting siapa Lucinta siapa jika dia ga cinta Lu, sakit mereun nu aya. Kata anak now bersorak sebelah tangan, eh bertepuk sebelah tangan.

Tulisan ini dibuat karena saat sedang fokus menuangkan ide, eh eta si Uya Kuya sama sama si Comel Nikita Pirsani lagi ceplas ceplos di tipi dengan suara suara cemprengnya. Ilang deh konsentrasi saya. Yang ada akhirnya kata kata Lucinta Luna, yang saya tidak tahu dia siapa. Yang kata sumber di tipi itu hanya sekedar pencitraan untuk mendongkrak popularitas a la aris yang kurang laku.
Lagian artis sekarang kurang gawean kitu nya, mau populer saja kudu bikin kasus. Bikinlah kakus untuk sosial atau apalah biar dikenal karena kebaikannya, bukan karena kasusnya.
Dah ah, mau Lucinta Luna Lucinta Sinta atau siapapun seterah, sak karebmu.

Pagi Cerah Cimahi 02042018

Sebenarnya blog ini sudah lama saya buat, lama hingga hari ini mungkin karena cerahnya Cimahi pagi ini hingga menginspirasi saya untuk kotrat kotret di blog ini. Semuanya berawal dari pengalaman yang bisa saja terlupakan seiring perjalanan waktu. Pengalaman bersama, pengalaman berharga untuk kemudian menjadi cerita kelak jika saya sudah tidak ada.

Oke, sebelumnya saya akan memperkenalkan diri. Nama saya Suladi, anak ke delapan dari sembilan bersaudara dari sebuah keluarga sederhana yang selalu ingin mewujudkan keinginan keinginan yang hanya seringkali terpendam begitu saja. Lahir pada tanggal 22 Oktober 1978 di dusun Trobayan, dusun kecil di sebuah desa dengan hamparan sawah yang luas. Desa Gringging kecamatan Sambungmacan kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Itu tempat saya berasal, tempat dengan semua kenangan masa kecil yang selalu penuh keceriaan. Masa kecil yang selalu bahagia dengan segala keterbatasan sebagai seorang anak dusun. Namun itu semua tidak akan kembali, seiring waktu yang terus bergulir. Seiring waktu untuk menentukan pilihan pilihan hidup yang harus dipilih.
Sekian dulu cerita saya hari ini, tapi semua adalah perasaan yang saya rasakan.